Hit the gas and there's ain't no brake on this lost highway . . . . .

Jumat, 03 Februari 2012

Tindakan Yang Harus Dilakukan Perusahaan Saat Merugi Dalam Jangka Panjang


Ada suatu ketika perusahaan akan mengalami kerugian dalam pelaksanaan operasinya, hal tersebut ialah sangat lazim di dalam dunia bisnis dan usaha.  Maka sudah seharusnya suatu perusahaan dapat mengantisipasi kerugian yang akan dialami agar pengaruh kerugian terhadap perusahaan tidaklah terlalu parah. Penutupan perusahaan atau sering disebut dengan shut down, akan terjadi bilamana jumlah dari biaya variable produksi tidak lagi dapat tertutupi oleh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang dan jasa. Dengan demikian apabila perusahaan terus melanjutkan kegiatan produksi barang dan jasanya, maka kerugian yang diterima akan jauh lebih besar dibandingkan apabila perusahaan tidak lagi melakukan kegiatan produksi.
Kerugian dalam jangka pendek akan mempersulit kondisi suatu perusahaan, dimana perusahaan harus mengambil keputusan untuk tetap melakukan kegiatan produksi atau menghentikan produksi untuk sementara waktu karena adanya biaya tetap yang harus dibayarkan meskipun produksi dihentikan. Adapun jika kerugian terjadi untuk jangka waktu yang panjang, maka perusahaan akan dituntut untuk mengambil keputusan apakah akan menambah atau menbgurang jumlah produksinya, bahkan adanya kemungkinan untuk menutup perusahaan. 

            Terjadinya shut down point apabila harga barang output (P) sama dengan biaya variable rata – rata (AVC). Bila perusahaan tersebut tetap melanjutkan produksi dan mampu menjual barang yang dihasilkan, maka yang terjadi adalah perusahaan akan mengalami suatu kerugian sebesar biaya tetapnya, sama halnya apabila perusahaan tersebut tidak lagi berproduksi. Namun, apabila suatu perusahaan memiliki harga output (P) yang lebih kecil dibandingkan dengan biaya variable rata – ratanya, maka sebaiknya perusahaan menutup usahanya tersebut. Karena dengan menutup usahanya tersebut, perusahaan hanya akan merugi sebesar biaya tetapnya. Namun, apabila produksi tetap dilanjutkan maka kerugian akan sebesar hasil penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable atau sebesar selisih antara biaya rata – rata variable dengan harga outputnya.
Jadi, keputusan akan ditutupnya suatu usaha akan sangat bergantung dari apakah besar penerimaan perusahaan dapat menutupi biaya variable. Jika penerimaan perusahaan bisa melampaui biaya variabel, maka laba operasi dapat menutup biaya tetap dan akan mengurangi kerugian. Akan tetapi, Ketika harga berada di bawah titik minimum (juga merupakan perpotongan dengan biaya marjinal, dan disebut juga titik penutupan usaha - shut-down point) dari kurva biaya variabel rata-rata maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut: penerimaan total lebih kecil dari biaya variabel total, laba operasi menjadi negative, maka perusahaan akan tutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar